Pembelajaran yang bernilai tinggi
Siswa sekarang tidak bisa memahami makna setiap pengajaran oleh guru mata pelajaran.
Setiap pengajaran mata pelajaran oleh siapa saja guru yang mengampuhnya, pastilah ada sesuatu makna yang tersirat di dalamnya, misalnya pengajaran dari guru matematika, siswa berhitung, jika siswa memahami pengajaran, makna yang tersirat adalah siswa belajar mengantri, tidak boleh saling mendahului, menghormati yang lebih awal. Jika ada pengajaran oleh seorang guru yang terlalu memaksakan tugas, memukul, menjewer, makna yang tersirat adalah menguji mental seorang siswa,
Seorang siswa bolehlah protes adanya prilaku unsure sekolah yang terlalu keras memaksakan kehendanya, namun di sisi lain tidaklah boleh unsure pendidik mengikuti kehendak siswa, yang namanya siswa adalah seorang manusia atau anak yang sedang menempuh mempelajari ilmu atau prilaku-prilaku yang sesuai norma di tempat tertentu, dari hal ini mana mungkin seoarng pendidik mengikuti siswa, artinya pendidik mengikuti orang yang belum tentu arah prilakunya. Ini sama saja bohong.
Pendidikan sekarang cenderung mengiktui arah siswa, maka mental siswa sekarang tidak sama dengan mental siswa terdahulu, karena kerasnya didikan, kerasnya didikan mestinya disamakan dengan kerasnya bertahan hidup di lingkungan yang ada,
Sekarang ini digempar-gemarkan yang namanya pendidikan berkarakter, menurut saya berkarakter adalah membentuk perilaku-perilaku yang positif, yang seringkali kita kaitkan dengan yang namanya akhlak. Kita pastilah tahu akhlak tidak dapat terlepas dari istilah akidah, namun yang terjadi sekarang maunya pendidikan itu tidak memperdulikan akidah yang penting akhlak, inikah teori kita, pemerintah tidak memiliki arah atau tuntunan yang jelas bagaimana cara menerapkan atau implementasi pendidikan berkarakter tersebut,
Memang sulit seharusnya siswa digempelng akidahnya sesuai kepercayaan masing-masing, barulah akhlak terbentuk dengan sendirinya, ada banyak pengaruh atau factor seorang siswa memiliki akhlak mulia, tinggal dilihat dari sisi mana, sisi agama : apakah dia selalu melakukan ibadah sesuai tuntunan atau tidak, apakah kedua orang tuanya telah memberikan syarat (yang seperti di islam, di hitan, di aqiqoh ) atau tidak, dilihat dari segi social , apakah dia atau keluarganya hidup dalam kerukunan masyarakat atau tidak, apakah hubungan dari anggota –anggota keluarganya harmonis atau tidak, dilihat dari ekonomi, apakah dia memiliki kebutuhan yang tercukupi atau tidak, dan seterusnya.
Dari kesemuanya itu dapat saya simpulkan bahwa :
Pembelajaran yang baik dan dapat memberikan tambahan ilmu yang berupa nilai-nilai kepada siswa adalah memberikan contoh yang konkrit, memberikan penjelasan atau pemaknaan dari setiap pertemuan yang harus dapat diambil oleh setiap siswa.